Apoda
berasal dari kata a artinya tanpa dan
podos artinya kaki. Hewan yang
tergolong ke dalam ordo ini adalah hewan-hewan amphibia yang tidak mempunyai
kaki (kaki tereduksi). Nama lain dari Apoda adalah Caecilian berasal dari
bahasa Latin yaitu caecus yang
berarti buta. Dinamakan
demikian karena matanya tertutup oleh kulit dan dalam beberapa spesies tertutup
oleh tulang. Selain kedua nama di atas, di dalam taksonomi digunakan nama
Gymnophiona, berasal dari bahasa Yunani gymnos
yang berarti terbuka dan ophis
yang berarti ular. Dikarenakan
organ kaki tereduksi dan tubuhnya bersegmen-segmen, morfologi luar dari Apoda
mirip sekali dengan cacing atau ular. Selain kakinya, organ ekor juga mereduksi
atau hilang, sehingga tubuhnya memanjang karena disesuaikan pula dengan
habitatnya di tanah dengan menggali/membuat sebuah lubang. Kisaran panjang
tubuh antara 90-1.600 mm.
Walaupun mata
hewan-hewan ini tereduksi, namun Apoda mempunyai tentakel (sensori) untuk
membantunya hidup di dalam tanah atau air. Letak tentakel ini bervariasi, antara lubang
hidung dan matanya yang tidak berkelopak. Fase
hidup yang bersifat aquatik adalah saat larva. Setelah dewasa hidup di
tanah dengan menggali lubang. Namun beberapa spesies ada pula yang hidup di air
(Genus Typhlonectes, Atretochoana,
dan Potomotyphlus) sehingga tubuhnya
dilengkapi sirip kecil untuk membantu berenang. Penampakan seperti ini sangat
mirip dengan belut. Selain itu apoda tidak memiliki membran tympanum untuk alat
bantu pendengaran, tidak seperti kebanyakan amfibi.
Tubuh Apoda bersegmen-segmen, setiap segmen yang berbentuk seperti
cincin disebut annuli. Penampakan seperti ini menjadikan apoda mirip dengan
cacing tanah. Annuli pada apoda dibedakan menjadi annuli sekunder dan tersier.
Pada bagian post tubuhnya, ekor membentuk bagian tubuh yang sangat kecil
dibandingkan bagian yang lainnya. Bahkan, pada beberapa spesies tubuhnya
tiba-tiba berakhir pada terminal tumpul. Famili dari apoda yang masih memiliki
ekor dianggap lebih primitif dari pada yang ekornya telah tereduksi.
Ukuran tubuh Apoda
bervariasi, apoda terkecil yang pernah dikenal adalah Idiocranium russeli dari Kamerun. Ukuran spesies ini yang paling
besar yang pernah ditemukan adalah 14,4 cm. Namun seekor Idiocranium russeli
betina pun telah bertelur saat
panjang tubuhnya hanya 9 cm. Apoda terpanjang yang pernah ditemukan berukuran
151,5 cm yaitu Caecilia thompsoni.
Penjelasan
singkat berikut ini akan membahas struktur spesifik tubuh Apoda.
a. Tengkorak Apoda
Tengkorak Apoda memiliki susunan dan bangunan yang kuat dan berat. Hal
ini disesuaikan dengan fungsi kepalanya untuk menggali dan mendorong tanah.
Oleh karena itu struktur tulang pada tengkoraknya saling menyatu. Di samping
sensorinya yang membuka, tengkorak kebanyakan spesies apoda beratapkan
tulang-tulang yang tebal. Kondisi ini disebut stegokrotaphy. Tetapi beberapa spesies apoda masih mempertahankan
tengkorak yang bagian temporalnya membuka, kondisi ini disebut zygokrotaphy. Apoda
yang tengkoraknya bersifat demikian dianggap lebih primitif. Semakin berkurang
jumlah tulang pada tengkorak pada ordo ini, maka dianggap merupakan famili yang
lebih maju.
b. Mata
Semua apoda
mempunyai organ mata, tetapi sangat tereduksi dan tertutup oleh kulit atau
tulang. Mungkin karena hidupnya pada liang-liang
tanah, matanya telah merosot ke berbagai bagian kepala, setiap spesies
berbeda. Beberapa spesies, seperti Ichthyophis sp., memiliki mata di permukaan agak dangkal sementara
spesies lain seperti Herpele dan
Gegeneophis punya mata di bawah
tulang tengkorak dan bahkan memiliki soket mata yang digantikan oleh tulang. Studi
perbandingan morfologi menunjukkan bahwa ada kecenderungan peningkatan mata tertutup
dengan kulit atau tulang bersamaan dengan hilangnya modifikasi lensa dan retina. Namun, retina dan saraf optik tetap utuh
sehingga kemungkinan bahwa sebagian besar mata Apoda masih mampu melakukan photoreception.
Apabila cahaya terang mereka akan bersembunyi begitu sebaliknya. Namun Apoda
tidak mampu mendeteksi gerakan visual.
- Tentakel
Tentakel
sensori kecil terdapat di kedua sisi kepala antara mata dan lubang hidung. Pada
kebanyakan spesies, tentakel menonjol melalui lobang di tengkorak sementara pada
spesies lain tidak demikian. Famili Scolecomorphidae terkenal karena memiliki tentakel
dekat dengan mata. Tentakel adalah struktur
yang kompleks dari berbagai bentuk, termasuk jaringan saraf, otot, saluran, dan
kelenjar dan diperkirakan berfungsi dalam chemoreception.
- Mulut, Gigi dan Otot Rahang
Mulut apoda
terletak di bagian agak bawah dari kepala (subterminal). Morfologi mulut ini disebut countersunk dan dianggap sebuah adaptasi
untuk menggali. Apoda yang paling primitif masih memiliki mulut terminal. Pada
masing-masing rahang terdapat dua baris gigi, baris sebelah dalam dan luar. Ukuran
giginya bervariasi dan bentuknya tergantung pada spesies. Semua vertebrata darat, kecuali Apoda,
memiliki satu set otot penutup rahang. Apoda memiliki dua set otot (adductors
jaws dan otot-otot interhyoideus)
dan ini dianggap sebagai adaptasi untuk mempertahankan posisi rahang agar tetap
tertutup rapat saat menggali.
- Nuchal Collars
Di belakang
kepala terdapat dua struktur anatomis yang saling berhubungan yaitu nuchal
collars, yang berbeda tiap spesiesnya. Bentuknya agak mirip dengan clitellum
cacing tanah. Alur yg berhubung dengan nuchal pertama menandai
perbatasan posterior tengkorak dan menandai kedua pembagian antara dua nuchal. Alur
yang berhubung dengan kuduk ketiga menandai batas antara kedua nuchal yang
berhubung dengan seluruh tubuh. Pada beberapa spesies terkadang sulit untuk
membedakannya karena adanya lipatan dermal tambahan sepanjang permukaan dorsal.
- Kulit Apoda
Seperti amfibi lainnya, Apoda memiliki kelenjar racun di
kulit meskipun potensi racun tersebut belum banyak dikenal. Akan tetapi yang
berbeda dari Apoda dibanding amphibi lainnya adalah sisiknya yang berada di
bawah permukaan kulit. Sisik terdiri dari serabut kolagen yang tertutup oleh mineralized
nodul. Ini dapat ditemukan dalam
lipatan dan alur-alur kulit dan biasanya semakin ke arah posterior jumlahnya
semakin meningkat. Selain itu, Caecilia
sp. punya tipe sisik sekunder yang tertanam ke dalam jaringan ikat
subdermal.
Sistem
Organ Anura
a.
Sistem Pencernaan
Kebanyakan Amfibi adalah pemakan insekta dan sistem
pencernaannya pun menyesuaikan sumber makanan tersebut. Lidah Amfibi merupakan
penangkap yang bagus. Lidahnya dapat dijulurkan dan digerakkan mengelilingi
daerah luar sekitar mulut untuk mendorong mangsa masuk ke dalam mulutnya.
Saluran Pencernaannya meliputi esophagus, lambung, usus besar dan kecil
serta kloaka. Pada apoda, tentu saluran pencernaannya memanjang, mengikuti
struktur tubuhnya.
b.
Sistem Kardiovaskuler
Amfibi memiliki 3 ruang pada jantungnya, yakni 2
atrium 1 ventrikel. Hal ini dianggap lebih maju dari pada ikan yang jantungnya
hanya beruang dua. Atrium kiri
menerima darah kaya oksigen dari paru-paru dan atrium kanan menerima darah
miskin oksigen dari seluruh tubuh. Darah dari kedua atrium ini kemudian
bercampur pada ventrikel, ruang pemompa utama jantung. Darah ini kemudian
dipompa ke paru-paru dank e seluruh tubuh. Darah keluar dari ventrikel
menuju seluruh tubuh melewati Conus Arteriosus, arteri terbesar yang terletak berlawanan di sepan jantung.
Pembuluh ini kemudian bercabang 2 menjadi truncus arteriosus, yang
kemudian bercabang lagi menjadi 3 arkus yang membawa darah ke bagian-bagian
tubuh. Darah miskin oksigen dibawa vena dari seluruh tubuh menuju atrium kanan
untuk dipompa ke paru-paru dan mengambil oksigen.
c.
Sistem Respirasi
Larva amfibi
bernafas dengan insang, sedangkan fase dewasa dengan paru-paru karena insang
mereduksi dan menyesuaikan lingkungan daratnya. Namun pada apoda yang tetap
hidup dalam air, insang tidak tereduksi dan paru-paru tidak muncul. Udara
dapat masuk melewati hidung, mulut serta berdifusi melewati kulitnya. Pada
sebagian apoda paru-paru kiri mereduksi atau hilang.
d.
Sistem Ekskresi
Ginjal akan menyaring nitrogen dari darah dan mengeluarkannya
sebagi urin.Urin dan sisa pencernaan dibuang melewati kloaka. Pada saat amfibi
berada di air, kulitnya dapat dilewati air untuk masuk ke dalam tubuh. Amfibi
yang hidup di darat, urinnya akan lebih padat dari pada amfibi air.
e.
Sistem Saraf
Otak pada amfibi jauh lebih complex dari pada otak pada ikan
karena menyesuaikan dengan lingkungannya yang lebih bervariasi. Lobus optikus
yang berfungsi mengontrol penglihatan terletak di belakang cerebrum. Cerebellum sebagai pusat keseimbangan dan
koordinasi terletak di sebelah kanan aksis otak Medulla oblongata terletak di
belakang otak dan langsung bersambung dengan sumsum tulang belakang. Fungsinya
sebagai pengontrol organ-organ.
f.
Sistem Reproduksi
Masing-masing amfibi jantan dan betina memiliki organ
reproduksi internal. Pada hewan jantan, tetis berada di dekat ginjal dan
berwarna kekuningan. Sel sperma berkembang dalam testis dan melewati tuba ke
ginjal dan masuk ke saluran urunaria. Amfibi betina memiliki sepasang ovarium
yang mengandung ribuan telur yang yang belum dewasa yang terletak di sebelah
ginjal pula. Selama musim kawin, telur membesar dan dewasa. Kemudian kloaka
membuka dan ribuan sperma masuk. Kebanyakan telur dan larva amfibi dimakan oleh
predator seperti ikan, burung, ular dan kura-kura.
Semua Apoda
jantan memiliki organ kopulasi yaitu phallodeum. Lebih dari setengah
spesies Apoda bereproduksi dengan cara vivipar. Pada spesies ini, perkembangan
embryo terjadi di dalam oviduct dan beberapa bentuk nutrisi maternal tersedia
di sini. Lamanya waktu kehamilan pada ordo ini tidak diketahui dengan pasti. Pada
spesies yang ovipar, terjadi perkembangan langsung dari tetasan telur dan larva
yang hidup bebas memasuki air untuk melengkapi perkembangannya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar