Klasifikasi:
Kingdom :
Animalia
Filum :
Chordata
SubFilum :
Vertebrata
Kelas :
Aves
Ordo :
Casuariiformes
Famili :
Casuariidae, Dromaiidae
Genus :
Casuarius, Dromaius
Spesies :
C. casuarius, C. unappendiculatus, C.
bennetti
Karakteristik Ordo
Burung-burung
yang termasuk dalam ordo ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Burung terestrial berukuran tubuh besar, berat mencapai 60-85 kg dengan tinggi badan hingga 1,6 m;
- Pada Kasuari mempunyai bangunan dari bahan tanduk di bagian kepala yang disebut ketopong atau casque yang merupakan penandukan dari tempurung kepalanya. Ketopong ini mungkin digunakan untuk menerobos vegetasi rimbun atau menggali serasah dedaunan guna mencari makanan[2];
Gambar.1 Ketopong pada Casuarius casuarius
3. Kepala dan leher berbulu tipis sedangkan badan berbulu tebal: Bulu
kasuari dewasa berwarna hitam legam, kaku, pendek dan bersifat nuptial. Artinya warna pada bulu burung
akan berubah seiring bertambahnya usia. Bulu anak kasuari berwarna coklat pucat
dengan garis-garis memanjang dari kepala ke ekor berwarna coklat gelap.
Perubahan warna bulu dari coklat bergaris menjadi coklat polos terjadi pada
umur sekitar 6 bulan kemudian dari coklat menjadi warna hitam legam setelah
mencapai umur dewasa kelamin yaitu sekitar umur 4 tahun. Kasuari memiliki
daerah teritori tertentu dan hidup secara soliter kecuali pada musim
kawin dan saat mengasuh anak[3]
Gambar.2
Anak Kasuari (kiri) Anak Emu(kanan)
4. Setiap
bulu terdiri dari dua batang bulu kembar dan oleh karena itu tidak ada bulu
kait (radioli) dan bulu-bulu cabang tidak melekat satu sama lain;
5. Memiliki sepasang kaki yang kokoh dan
masing-masing berjari tiga yang pipih di bagian bawah, satu diantaranya
bercakar runcing (jari tengah) yang digunakan untuk pertahanan diri menyerang
musuh;
Gambar.3 jari
kaki pada kasuari
6. Tulang dada (sternum) tanpa lunas (carina)[4];
7. Sayapnya mengalami
reduksi hingga panjangnya hanya 35 cm;
8. Ekor mengalami reduksi
9. Frugivorous (pemakan buah dan biji) khusus yaitu burung yang memakan buah
yang berkualitas tinggi dan serangga; mencerna bagian yang lunak dan tidak
mencerna bijinya. Di alam paling sering makan buah buni dan buah batu;
10. Mencapai umur 40-50 tahun;
11. Telur berwarna gelap (biru tua hingga hijau tua dan mengkilap);
Gambar.4 Sarang Emu
12. Walaupun tidak dapat terbang, burung ini
memiliki kemampuan lari yang relatif cepat, sekitar 40 km/jam.
Perilaku dan Reproduksi
Satwa ini aktif pada pagi dan siang
hari (diurnal). Kasuari termasuk burung yang pandai berenang, berlari dan
melompat. Burung kasuari mempunyai sifat galak, agresif terutama saat
melindungi telur dan anak-anaknya. Kasuari termasuk hewan soliter, pada saat
musim kawin saja berpasangan. Kasuari betina mempunyai sifat poliandri, dalam
satu musim kawin dapat mendapatkan 3 pejantan. Kasuari betina bertelur sebanyak
3-8 butir. Telur diletakkan di atas cekungan tanah di sela banir pohon, dengan
alas daun dan ranting tumbuhan. Pengeraman telur dilakukan oleh kasuari jantan,
perlu waktu 58-61 hari (7 minggu) untuk menetas.[5]
Sarang burung ini di hutan adalah
sepetak tanah yang digaruk bersih di tengah semak belukar yang lebat di dekat
tempat pemukimannya yang normal. Bulu anak burung ini bergaris-garis dengan
lukisan gelap dan terang. Ketopong dan gelambir baru akan tumbuh pada umur 2-3
tahun.
Gambar 5. Anak Kasuari dengan gelambir dan ketopong yag baru akan tumbuh
Kasuari memiliki 2 jenis pekikan
utama yaitu bunyi gedebak-gedebuk mirip bunyi bedug bertalu dan suara pekikan
yang mirip dengkur seekor emu, diperdengarkan sesaat sebelum mulai mengerami
telur.[6]
Keanekaragaman
a.Casuarius casuarius
(Australian Cassowary/ Kasuari Gelambir Dua)
Gambar.6 Kasuari Gelambir Ganda
Kasuari
gelambir ganda sering terdapat dipinggiran hutan hujan tropis dan sabana (hutan
eucalyptus). Penyebarannya meliputi Irian, Papua bagian Barat, Tenggara dan
Selatan serta kepulauan Aru, di timur laut Australia, sebelah selatan sampai Cardwell. Spesies
ini memiliki tinggi 1,5 –1,8 meter apabila berdiri tegak, namun biasanya
kepalanya diangkat setinggi 1,2 m dari tanah. Kulit leher dan kepala berwarna
biru keunguan bercampur merah dan kuning. Memiliki
gelambir ganda berwarna merah, oranye atau kuning pada lehernya. Panjang gelambir kira-kira 12 cm dan
agak miring ke kiri.[7] Ketopong
tinggi hingga 15 cm dan tebal membentuk kurva. Bulu-bulu di badannya berwarna
hitam mengkilap. Sayap kasuari ini telah mereduksi hebat dan bulu sayapnya yang
besar, yang tinggal batangnya saja, hanya berupa duri-duri tajam serupa tanduk
yang bisa mencapai 40 cm. Jika burung ini berdiri, bulu sayap besar ini menggantung
di samping tubuhnya.
b.
Casuarius unappendiculatus(One-watted Cassowary/Kasuari Gelambir
Satu)
Gambar.7 Kasuari Gelambir Satu[8]
Jenis
kasuari gelambir tunggal banyak ditemukan di daerah hutan hujan atau hutan
rawa, terutama di dataran rendah. Daerah penyebarannya sangat luas, meliputi
Papua bagian utara, pulau Salawati dan pulau Yapen-Serui dan pulau-pulau
sekitarnya. Tinggi kasuari jenis ini 1,2-1,6 meter dan beratnya hingga 60 kg. Spesies
ini memiliki ciri umum bergelambir tunggal pendek (hanya sekitar 3 cm) berwarna
kuning kemerahan, menggantung ke bawah dari tenggorokan. Ketopong membentuk
bidang segitiga dan berwarna abu-abu, wajah dan kepala berwarna biru dengan
leher merah berbercak kuning di bagian belakang.
c. Dromaius
novaehollandiae (Emu)
Gambar.8 Seekor Burung Emu
Dewasa ini
burung Emu merupakan satu-satunya jenis dari genus Dromaiidae yang tinggal di
daratan Australia, mulai dari pegunungan hingga pantai. Burung Emu memiliki
sayap kecil yang hanya berukuran 1/10 panjang tubuhnya. Emu berwarna cokelat,
dengan dasar putih. Setiap bulu mempunyai dua batang bulu yang serupa, yang
bulu cabangnya demikian jauh letaknya. Bulunya lebih mirip rambut terurai.
Leher seringkali berwarna kebru-biruan. Tungkai tidak berbulu dan demikian
panjangnya sehingga dapat melangkah antara 2-7 m. Telapak kaki memiliki
bantalan kulit tebal (kapalan) dan lebar. Paruhnya lebar dan lunak, cocok untuk
merumput. Sayapnya berguna untuk mendinginkan tubuh. Apabila terlampau panas,
sayap itu direntangkan agar memudahkan penguapan.[9]
Burung Emu lazim
mengeram pada bulan-bulan musim dingin, Mei-Agustus. Kebanyakan eraman adalah
milik salah satu pasang burung saja dan yang bertugas mengerami adalah pejantan.
Pejantan baru akan memulai pengeraman setelah betina menghasilkan 5-9 butir. Masa
pengeraman sekitar 8 minggu dan pejantan hampir tidak makan dan minum selama
mengerami. Anak emu akan meninggalkan sarang setelah 2-3 hari setelah menetas
dan akan terlihat berjalan memimpin ayahnya, jarang terlihat sebaliknya.
Emu mengkonsumsi
buah, bunga, serangga, biji, ulat serta kerikil-kerikil yang ditelan untuk
membantu pencernaan makanan.
d.
Casuarius bennetti (Kasuari
Kerdil)
Gambar.10 Contoh Kasuari Kerdil
Kasuari kerdil jauh lebih kecil daripada
yang lain. Tingginya hanya asekitar 1m. Lebih senang mendiami daerah pegunungan
di Irian dan pulau-pulau sekitarnya dengan ketinggian lebih dari 3000 meter
dari permukaan laut. Ketopong pendek mendatar kebelakang dan tidak bergelambir.
Leher bawah berwarna merah dan bagian atas berwarna biru sampai ke kulit muka
dengan bercak merah di sudut mulut. Bulu kasuari Bennet mirip sutera, tetapi
lebih gelap dibanding warna spesies lain.[10]
Manfaat bagi Ekosistem dan Manusia
Di Indonesia, burung Kasuari
merupakan hewan yang langka dan perlu perhatian khusus untuk dikonservasi.
Biasanya burung ini digunakan untuk objek penelitian tentang fauna karena memang
jumlahnya yang terbatas sehingga tidak banyak pula diteliti. Dalam konservasi,
penangkaran burung-burung ini dapat dijadikan sebagai objek pariwisata dan
tujuan studi.
Di alam, tentunya burung ini juga
menyumbang keanekaragaman ekosistem hutan ataupun ladang yang kehadirannya akan
sangat berpengaruh besar terhadap hewan atau tumbuhan di sekitarnya. Khusus
burung Emu, banyak ditemukan kawanan burung ini merusak ladang-ladang petani di
daratan Australia sehingga banyak dibunuh dan bangkainya hanya dibuang tanpa
manfaat. Padahal seekor Emu menghasilkan 13,5 kg daging tak berlemak yang merupakan
sumber protein yang belum dikembangkan.[11]
[1] Redaksi Ensiklopedi Indonesia. Ensiklopedi
Indonesia Seri Fauna (Burung). (Jakarta: PT. Dai Nippon Printing Indonesia,
1988) hlm.27
[2] Damaring Tyas Wulandari dan Broto
Raharjo, Encyclopedia Fauna (Jakarta:
Erlangga, 2005) hlm.194
[5]
Redaksi
Ensiklopedi Indonesia. Ensiklopedi Indonesia Seri Fauna (Burung).
(Jakarta: PT. Dai Nippon Printing Indonesia, 1988) hlm.28
[8] http://www.biolib.cz/en
[9] Vladimir Bejcek dan Karel
StastnyThe Complete Encyclopedia of Birds (Outlines the Variety of Breeds
and Their Habitats from All Around the World). (Netherlands: Rebo
International b.v., 1999) hlm.12
[10] Redaksi
Ensiklopedi Indonesia. Ensiklopedi Indonesia Seri Fauna (Burung).
(Jakarta: PT. Dai Nippon Printing Indonesia, 1988) hlm.27
[11] Ibid, hlm.14